Postedin Seni Budaya Tagged apa yang dimaksud dengan instrumen musik, apakah yang dimaksud dengan menentukan melodi pokok pada langkah mengaransemen lagu, aransemen in english, aransemen vokal adalah, contoh aransemen lagu, contoh aransemen musik, ilmu tentang keselarasan bunyi disebut, improvisasi adalah, jenis aransemen, melodis adalah
Kritik adalah tanggapan yang umum diberikan oleh seseorang ketika mengapresiasi ide atau gagasan orang lain. Ketika diperkenalkan pada kritik seni, banyak orang mengaitkan kata “kritik” dengan konotasi negatifnya. Kritik identik dengan ekspresi ketidaksetujuan seseorang atau sesuatu berdasarkan kesalahan atau kesalahan yang dirasakan. Kritik yang dibahas di sini tidak mengacu pada stereotype tersebut. Kritik yang baik justru adalah tanggapan yang tidak hanya mencari kesalahan, tetapi juga memperlihatkan keunggulan dan menunjukan kemungkinan-kemungkinan yang diambil untuk memperbaiki kesalahan gagasan yang dikritik tersebut. Dalam bidang keilmuan, kritik adalah tanggapan evaluatif untuk menilai dan mengoreksi suatu gagasan yang dapat terjadi di segala bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu, kritik seni rupa adalah analisis dan penilaian atas kelebihan dan kekurangan pada suatu karya seni rupa. Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. Kelebihan dan kekurangan itu dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah karya. Kualitas di sini juga bukan hanya berarti kebaikan atau keburukan suatu hal. Kualitas bermakna lebih luas sebagai “wujud atau bentuk sebenarnya” dari apa yang bisa jadi tidak tampak saat kita tidak mencermatinya. Para ahli umumnya beranggapan bahwa kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa lebih lanjut bahkan mendapatkan kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut. Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan kebutuhan publik terhadap dunia seni, kegiatan kritik kemudian berkembang dan mengisi berbagai fungsi sosial lainnya. Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni tertentu. Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni. Biasanya Kritikus cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang dekat dengan budaya mereka sendiri. Sementara itu, sejarawan seni cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam budaya yang lebih jauh dalam ruang dan waktu. Kritik karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi dan pemahan terhadap sebuah karya, tapi dipergunakan juga sebagai standar tersendiri untuk meningkatkan kualitas hasil berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan sangat mempengaruhi persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat mempengaruhi penilaian harga dari karya tersebut. Fungsi Kritik Seni Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta seniman, artis, karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat publik seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi keduanya. Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya. Publik seni masyarakat penikmat dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni. Jenis Kritik Seni Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut. Karena berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti pendapat Feldman 1967 yakni sebagai berikut. Kritik Populer popular criticism Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada umumnya. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya secara umum. Dalam tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Kritik Jurnalis journalistic criticism Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya. Kritik Keilmuan scholarly criticism Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan, pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para penulis karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri dan institusi seni yang lainnya. Kritik Kependidikan pedagogical criticism Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis kependidikan biasanya digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan seni. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang berbeda dari sudut pandang, sasaran, dan materi yang tidak sama. Bentuk Kritik Seni Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan perbedaan pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman, berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik. Berikut adalah pemaparannya. Kritik Formalistik Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan komposisi unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni. Kritik Ekspresivistik Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya. Kritik Instrumentalistik Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya secara formalistik seperti yang telah dijelaskan di atas. Tahapan Kritik Seni Mengelompokan kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses menulis kritik. Dengan menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli untuk mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni rupa. Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut Deskripsi Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai unsur terkecil seni rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya tanpa berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang kritikus harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena menarik yang terdapat pada karya yang dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan apa yang kita lihat?’. Berikut adalah beberapa unsur dan prinsip yang dapat diikuti ketika melakukan analisis formal terhadap karya seni. Berbagai elemen yang merupakan deskripsi di antaranya adalah sebagai berikut. Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain. Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik alat yang digunakan. Ukuran dan skala pekerjaan hubungan dengan orang, bingkai atau konteks skala lain. Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur atau lukisan; identifikasi benda. Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll. Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll. Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang volume; membedakan antara garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis, bervariasi, tidak beraturan, terputus-putus, tidak jelas, dll. Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll. Deskripsi skema warna dan warna; palet. Tekstur permukaan atau komentar lain tentang pelaksanaan pekerjaan. Konteks objek lokasi asli dan tanggal pembuatan. Analisis formal Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa atau ilmu penataan komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal berarti menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa seniman menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana seniman melakukannya?” Berbagai elemen analisis formal meliputi beberapa poin di bawah ini. Penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi, misalnya peristiwa historis, alegori, mitologi, dll. Pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas baik garis, bentuk, warna, tekstur, dll. Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi, misalnya, seimbang, jomplang, dll. Kesatuan, irama, keselarasan, dll. Pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi terhadap tampilan gambar atau fungsi. Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya, kontras, bayangan, dingin, hangat, warna sebagai simbol, dll. Perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi termasuk penggunaan perspektif, misalnya, kompak, dalam, dangkal, naturalistik, acak, dll. Penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya. Efek medium tertentu yang digunakan Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala hubungan setiap bagian komposisi secara keseluruhan dan satu sama lain dan emosi atau ekspresi yang dihasilkan. Reaksi terhadap objek atau monumen Untuk dapat melakukan analisis formal, kita harus mengerti mengenai unsur-unsur terkecil dari karya seni rupa, yaitu Unsur Unsur Seni Rupa dan Desain& Prinsip atau Asas Seni Rupa dan Desain Interpretasi Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikusnya. Semakin luas wawasan seorang kritikus biasanya semakin kaya interpretasi karya yang dikritisinya. Interpretasi haru dapat menjawab pertanyaan, Mengapa seniman menciptakannya dan apa artinya’ Beberapa elemen yang merupakan interpretasi antara lain adalah sebagai berikut. Ide utama, keseluruhan arti dari karya. Pernyataan Interpretasi Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita pikirkan /tafsirkan tentang karya seni itu dalam satu kalimat? Bukti Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk mendukung penafsiran kita. Prinsip Interpretasi Berikut adalah beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah seorang kritikus seni asal Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip Interpretasi seni. Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi. Interpretasi adalah argumen persuasif. Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain. Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni itu sendiri daripada penafsirnya sendiri. Perasaan adalah panduan untuk interpretasi. Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya seni yang sama. Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia. Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal, meyakinkan, mencerahkan, dan informatif. Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan inklusivitas. Sebuah karya seni belum tentu tentang apa yang seniman inginkan. Seorang kritikus seharusnya tidak menjadi juru bicara seniman. Interpretasi harus menyajikan bagian terbaik karya, bukan bagian terlemahnya Objek penafsiran adalah karya seni, bukan seniman. Semua karya seni adalh bagian tentang dunia di mana ia muncul. Semua karya seni adalah bagian dari karya seni lainnya. Tidak ada penafsiran yang lengkap tentang arti sebuah karya seni. Makna sebuah karya seni mungkin berbeda dari kepentingan pemirsa. Interpretasi pada akhirnya adalah usaha komunal, dan masyarakat pada akhirnya mungkin akan mengoreksinya lagi. Interpretasi yang baik akan mengundang kita untuk melihat diri kita dan melanjutkan interpretasi menurut pendapat kita sendiri. Untuk melengkapi khazanah interpretasi, baca juga Semiotika – Komunikasi tanpa Kata, Pengertian Simbol dan Tanda-tanda. Evaluasi atau penilaian Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika dibandingkan dengan apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni dan biasanya akan dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai sebuah karya berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual; orisinalitasnya. Berikut ini adalah berbagai elemen penilaian. Apakah itu karya seni yang bagus? Kriteria Kriteria apa yang menurut kita paling sesuai untuk menilai karya seni ini? Bukti Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni yang berkaitan dengan setiap kriteria? Penilaian Berdasarkan kriteria dan buktinya, apa penilaian kita tentang kualitas karya seni tersebut? Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang melatarbelakanginya. Berpikir Kritis Sebetulnya kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita secara sengaja atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau bahasa yang bersifat memberikan tanggapan, komentar, penilaian terhadap suatu karya apapun. Sebetulnya hal intu sangat wajar, karena manusia memiliki empat kemampuan sebagai kapasitas mental, yaitu Kemampuan absortif, yaitu kemampuan mengamati Kemampuan retentif, adalah kemampuan mengingat dan mereproduksi Kemampuan reasoning, merupakan kemampuan menganalisis dan mempertimbangkan Kemampuan kreatif, kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan gagasan. Kunci dari kritik adalah kemampuan reasoning dan kreatif, kita selalu tergugah untuk melakukan kritik walaupun bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan melontarkan kritik kepada karya orang lain merupakan dorongan kritis yang didasari oleh unsur cipta dan rasa dalam diri seseorang sebagai manusia. Pisau Analisis Kritik Seni Landasan keilmuan dan pengetahuan yang relevan akan membantu kritikus dalam mengupas persoalan kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa, Ilmu sejarah akan memberikan jalan wawasan tentang waktu dan ruang kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari perkembangan seni rupa di setiap pelosok dunia, maka luas bahan sebagai dasar pemikiran dan acuan arah bandingan menjadi lebih terbuka. Selain sejarah seni rupa, wawasan teori seni juga penting dimiliki oleh kritikus. Teori seni meliputi ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, tinjauan seni modern dan kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan memberi pijakan dan memperkokoh konstruksi kritik yang obyektif. Sehingga mata pisau kritik semakin akurat, dan memberi pula wawasan kepada publik seni dengan keyakinan yang kuat. Seorang kritikus seni rupa tidak selalu harus seorang perupa, namun ilmu kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan dalam mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai syarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang kritikus seni rupa. Pandangan Retrospektif dan metode spesifik lain Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu dari prasejarah hingga fenomena seni rupa masa kini akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya menyelidiki dan membandingkan kekayaan seni rupa antara berbagai karya seni rupa akan sangat membantu memperluas dan memperkaya khazanah kritik. Tidak hanya memahami kekaryaannya, kritikus juga sebaiknya memahami pikiran, perasaan seniman penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak lepas dari pengamatan kritikus. Metode yang digunakan akan berbeda satu sama lain. Banyak metode yang dapat digunakan sebagai pisau analisa kritik, sesuai dengan kebutuhan jenis kritik dan jenis karya seni rupa itu sendiri. Metode kritik adalah serangkaian prosedur tata cara, etika yang disesuaikan dengan tipe kritiknya. Misalnya, metoda kritik jurnalistik menggunakan tata cara jurnalis. Begitupun metoda kritik akademik menggunakan tata cara akademis yang dikembangkannya. Melakukan pendekatan analisis formal terhadap karya yang antiestetika juga mungkin akan cenderung tidak maksimal, sehingga pendekatan lain yang jauh lebih mendalam harus diaplikasikan. Kesimpulan Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita dalam melakukan kritik seni. Begitu juga dengan pendekatan kritik seni yang dapat menggunakan berbagai metode dan pisau analisis yang berbeda. Perbedaan mazhab/aliran seni juga akan mempengaruhi cara melakukan kritik yang harus kita lakukan. Kritik seni tidak berarti eksklusif terhadap kebutuhan untuk mengkaji karya seni untuk keperluan karya ilmiah. Kritik seni memiliki berbagai jenis dengan masing-masing kebutuhannya. Boleh dibilang sebetulnya apa yang lebih diperlukan di era seni rupa yang serba memusingkan masyarakat umum ini adalah kritik populer. Keadaan masyarakat yang semakin skeptis terhadap karya seni kontemporer perlu direspon dengan berbagai kritik seni yang dapat menjembatani seniman dan masyarakat umum. Referensi Sahman, Humar, 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang IKIP Semarang Press. Soedarso Sp, 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Yogyakarta CV Studio Delapanpuluh Enterprise & BP ISI Yogyakarta. Sumartono, 1991. Penelitian Sejarah Seni Rupa Setelah Krisis Modernisme dalam Jurnal Seni, edisi I/01-Mei 1991. Yogyakarta BP ISI Yogyakarta. Barret, Terry 2006. Principle for Interpreting Art. Diterbitkan tahun 2006, diakses tanggal 4 januari 2018, Malloy, Kaoime E. Art Criticism and Formal Analysis Outline. University of Wisconsin Green Bay. Diakses tanggal 10 Februari 2018,
karyatulis ilmiah prosedur pelayanan pramuwisata terhadap wisatawan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu fenomena kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan (tourist), elemen-elemen geografi (geographical elements) dan industry pariwisata
Nilai estetis karya seni rupa merupakan salah satu aspek analisis seni yang paling diperhatikan. Pada tataran pemahaman yang sederhana, nilai estetis sering hanya dikaitkan dengan keindahan atau unsur bagus-jeleknya suatu karya saja. Namun, sebetulnya pemahaman nilai estetis sangatlah terjal dan menyebar pada berbagai sudut pandang yang berbeda. Apakah seseorang dianggap cantik harus selalu putih? Apakah lukisan yang indah itu harus realis/natural? Bukankah indah atau cantik itu relatif? Estetika adalah cabang filsafat yang hingga kini masih terus memperdebatkan mengenai sesuatu yang indah. Berbagai dialog juga terus terjadi antara berbagai ilmu yang mempertanyakan hal serupa. Misalnya, dalam kacamata sosiologi, bukankah tidak adil jika yang harus dijadikan tokoh protagonist dalam suatu seri favorit harus selalu orang-orang yang berparas tampan atau cantik dan memiliki tubuh yang dianggap ideal oleh masyarakat? Bukankah kita harus terus progresif dan semakin menyamaratakan seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan warna kulit? Berbagai pertanyaan estetika yang belum terjawab dan akan terus diperdebatkan ini tentunya berlaku pula pada karya seni rupa. Namun, untuk mengerucutkan fokus pembahasan pada pokok permasalahan artikel ini, hal yang akan dibahas di sini adalah spesifik terhadap nilai estetis pada karya seni rupa dan merujuk pada satu asumsi umum yang sudah cukup mapan. Jenis Nilai Estetis Untuk membedakan nilai estetis mana yang akan kita lihat, kita harus membedakan nilai estetis berdasarkan sudut pandang estetika yang digunakan. Menurut Tim Kemdikbud 2018, hlm. 10 Nilai karya seni rupa secara teoretis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objektif/intrinsik dan subjektif /ekstrinsik. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni, aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni. Tata formal ini maksudnya adalah bagaimana kualitas setiap unsur pada karya. Apakah seniman menerapkan penggunaan unsur garis yang tepat? Bagaimana pengaplikasian kontrasnya? Apakah karya cukup tampak jelas atau justru sengaja dibuat kuat kontras untuk menampilkan nuansa romantis? Berbagai pertanyaan ini dapat dinilai secara objektif dan tidak mengenai selera semata. Seorang seniman yang telah berpengalaman mampu mengolah garis, bidang, gempal, warna, serta prinsip seni rupa seperti kontras, keseimbangan yang apik dan menghasilkan karya yang apik secara bentuk atau konkretnya formal. Sementara itu, nilai subjektif kita peroleh dari pengalaman mengamati karya seni, misalnya tentang “pesan seni” dan nilai keindahan berdasarkan reaksi dan respons pribadi kita sebagai pengamat. Dalam hal ini, nilai estetis sangatlah subjektif. Setiap orang atau bahkan suatu masyarakat pada suatu region tertentu akan memiliki interpretasi yang berbeda. Misalnya suku Sunda menganggap warna putih adalah warna suci sehingga digunakan oleh pengantin pada pesta pernikahan. Sementara masyarakat Sulawesi justru menganggap warna putih bukanlah warna yang baik untuk digunakan pada acara besar seperti pernikahan. Mudahnya, terdapat pandangan objektif yang dapat memberikan penilaian sama rata dan adil bagi semua. Dalam hal ini seniman juga dapat memilih berbagai hal yang dianggap baik secara mendasar. Namun demikian setelah terbukti mampu melakukannya, seniman juga boleh melanggar berbagai ketentuan “baik” atau ekselen secara wujud formal ini dan berkreasi berdasarkan kebebasannya sendiri. Menganlisis Konsep, Prosedur, Fungsi & Tokoh Selain dilihat dari nilai estetisnya, kita juga dapat melakukan analisis karya seni rupa berdasarkan konsep, prosedur, fungsi, serta tokoh. Pengertian analisis dalam konteks apresiasi seni adalah pengkajian yang cermat terhadap karya seni rupa untuk mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya. Penelaahan secara mendalam dilakukan dengan cara menguraikan masalah pokok dengan bagian-bagian karya seni, termasuk hubungan antar bagian dengan keseluruhan, sehingga kita memperoleh kesimpulan yang tepat ketika mengkaji karya seni rupa. Konsep Pada dasarnya karya seni rupa yang berwujud konkret awalnya dicetuskan oleh suatu konsepsi yang masih abstrak. Bahkan sebetulnya suatu karya seni rupa juga dapat dibuat hanya berdasarkan konsepnya saja. Contohnya adalah bagaimana seorang seniman dapat menempelkan pisang dengan lak ban di suatu pameran. Beberapa hari atau Minggu kemudian tentunya pisang itu akan membusuk. Namun tidak masalah, pihak pameran tinggal menggantinya dengan pisang baru. Oleh karena itu, pisang tersebut bukanlah objek seninya. Objek seninya adalah konsep menempelkan pisang di dinding adalah karya seni rupanya. Dalam menganalisis karya seni rupa aspek konsep berkaitan dengan aktivitas pengamatan karya seni untuk menemukan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk, penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa, komposisi, dan gaya pribadi. Prosedur Aspek teknis berhubungan dengan proses kreasi, langkah-langkah kerja kreatif yang ditempuh seorang perupa untuk menghasilkan suatu karya. Baik untuk seni rupa murni, desain dan kriya. Dalam pembuatan desain logo misalnya, tahapan kerja dari penemuan gagasan, alternatif sketsa, gambar, simbol, teks, komposisi, warna, teknis, proses kreasi, sampai tercipta sebuah logo inilah yang kita sebut prosedur kerja kreatif. Prosedur ini sangat berkaitan dengan keterampilan tangan dari senimannya pula. Jika seseorang telah berlatih menggambar atau mematung selama bertahun-tahun dan terus mengembangkannya, maka ketelatenannya akan tampak pula pada karyanya. Beberapa seniman memilih jalan ini dan belakangan pada abad ini menjadi semacam pergerakan atau aliran baru, yakni hyper realism. Saat mengkaji karya sejenis ini, maka prosedur haruslah dicermati pada saat melakukan analisis karya seni rupa. Fungsi Fungsi seni pada hakikatnya adalah manfaat seni pada konteks tertentu. Misalnya, seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah menciptakan benda guna yang estetis. Dalam konteks masyarakat seni terapan berfungsi memenuhi kebutuhan benda fungsional yang indah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi seni terbagi menjadi dua, yakni Seni rupa murni, dan Seni rupa terapan benda guna. Tokoh Pengenalan mengenai tokoh-tokoh perupa murni pelukis, pepatung, pegrafis dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional adalah penting dalam meningkatkan kemampuan berapresiasi seni. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang ketokohan, reputasi, dan kontribusi tokoh bagi masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan rasa empati, sehingga kepekaan dan pengetahuannya dapat memicu rasa kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman dan budayawan berdasarkan bukti-bukti kualitas karya seni dan pengakuan yang diberikan tokoh tertentu. Selain itu kita juga dapat menggunakan tokoh seni sebagai benchmark untuk bandingan kemampuan bagi seniman baru. Referensi Tim Kemdikbud. 2017. Seni Budaya XI, semester 2. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Analisis dalam konteks apresiasi merupakan pengkajian yang cermat terhadap karya seni rupa untuk mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya. 1. Konsep dalam pengkajian seni rupa Pengkajian seni rupa mencakup beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. a. Aspek visual Aspek visual berhubungan dengan wujud karya seni rupa. Wujud karya seni rupa dapat direspons oleh indra manusia. Seni rupa adalah wujud hasil karya manusia yang dapat dinikmati melalui indra penglihatan visual. Aspek visual dalam karya seni rupa terapan terdiri atas struktur visual, komposisi, dan gaya pribadi. b. Aspek konseptual Aspek konseptual berhubungan dengan konsep-konsep penciptaan sebuah karya seni rupa itu sendiri. Aspek konseptual ini sangat berpengaruh terhadap hasil karya seni yang akan dibuat atau diciptakan. Aspek konseptual terdiri atas penemuan sumber inspirasi, penetapan interes seni, penetapan interes bentuk, dan penetapan prinsip bentuk. c. Aspek kreativitas Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kreativitas yang bersangkutan dengan karya seni. Banyak cara untuk menemukan kreativitas, misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas juga bisa didapat dengan menampilkan bentuk-bentuk baru atau memadukan unsur baru dengan yang lama. Bila hal-hal di atas dapat dicapai pada penciptaan karya seni rupa, khususnya karya seni rupa terapan, maka penilaian dari aspek ini menjadi penting untuk dipertimbangkan. d. Aspek keterampilan Penguasaan teknik atau keterampilan skill adalah tuntutan dasar proses penggarapan ide menjadi karya seni. Ini berarti bahwa dalam menggarap unsur-unsur estetis sebagai langkah lanjut dalam mencipta atau dalam menentukan asas-asas estetis, seniman perlu ditunjang dengan kemampuan teknik atau keterampilan. Bahkan kemampuan teknik itu sendiri saling berpengaruh dengan asas atau prinsip estetis. 2. Prosedur Aspek prosedur berhubungan dengan proses kreasi, yaitu langkah-langkah kerja kreatif yang ditempuh perupa untuk menghasilkan suatu karya. Misalnya dalam pembuatan desain logo, tahapan kerjanya dimulai dari penemuan gagasan, alternatif sketsa, gambar, simbol, teks, komposisi, warna, teknis, proses kreasi, sampai tercipta sebuah logo. 3. Fungsi karya seni rupa Fungsi seni rupa pada hakikatnya adalah manfaat pada konteks tertentu. Misalnya, seni bagi perupa murni adalah media ekspresi, sementara bagi apresiator adalah sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis dan nilai seni. Sedangkan fungsi seni bagi perupa terapan adalah menciptakan benda guna yang estetis. Dalam konteks masyarakat seni rupa terapan berfungsi memenuhi kebutuhan benda fungsional yang indah. 4. Tokoh karya seni rupa Pengenalan akan tokoh-tokoh perupa murni pelukis, pematung, pegrafis dalam lingkup lokal, nasional dan internasional adalah penting dalam meningkatkan kemampuan berapresiasi seni dan mengembangkan rasa empati sehingga kepekaan dan pengetahuannya dapat memicu rasa kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman budayawan berdasarkan bukti-bukti kualitas karya seni dan pengakuan yang diberikan tokoh tertentu. Tokoh-tokoh seni rupa di Indonesia, antara lain Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, Sudjojono, GM Sidharta, Barli, dan Sasmitawinata. Sedangkan tokoh-tokoh seni rupa mancanegara, antara lain Rembrant, Vincent Van Gogh, Andi Warhol, Kandinsky, dan sebagainya. Dengan mengetahui dan mempelajari tokoh-tokoh dalam seni rupa, diharapkan wawasan serta pengetahuan dalam apresiasi, kritik, dan berkarya seni akan semakin luas. Wawasan dan pengetahuan yang luas ini akan sangat membantu dalam mengapresiasi dan mengkritisi memberikan tanggapan karya seni rupa dengan lebih baik sekaligus memperkarya gagasan dalam proses berkarya seni. 5. Nilai estetis Estetika identik dengan seni dan keindahan. Pendapat ini tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya tepat. Perkembangan konsep dan bentuk karya seni menyebabkan pembicaraan tentang estetika tidak lagi semata-mata merujuk pada keindahan yang sedap dilihat mata. Nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif. Nilai estetis bersifat objektif jika memahami keindahan karya seni rupa secara kasat mata. Dalam pandangan objektif ini, nilai estetis atau keindahan sebuah karya seni rupa tersusun dari komposisi yang baik, perpanduan warna yang sesuai, penempatan objek yang membentuk kesatuan dan sebagainya. Keselarasan dalam menata unsur-unsur visual inilah yang mewujudkan sebuah karya seni rupa. Berbeda halnya dengan nilai estetis yang bersifat subjektif, keindahan tidak hanya pada unsur-unsur fisik yang ditangkap oleh mata secara visual, tetapi ditentukan oleh selera orang yang contoh ketika melihat sebuah karya seni rupa, beberapa orang mungkin tertarik pada apa yang ditampilkan dalam karya tersebut dan merasa senang untuk terus melihatnya bahkan ingin memilikinya, tetapi orang lain justru kurang tertarik pada karya seni tersebut. Page 2
. 883slrwhyo.pages.dev/475883slrwhyo.pages.dev/570883slrwhyo.pages.dev/307883slrwhyo.pages.dev/247883slrwhyo.pages.dev/183883slrwhyo.pages.dev/932883slrwhyo.pages.dev/245883slrwhyo.pages.dev/896883slrwhyo.pages.dev/207883slrwhyo.pages.dev/816883slrwhyo.pages.dev/39883slrwhyo.pages.dev/626883slrwhyo.pages.dev/783883slrwhyo.pages.dev/47883slrwhyo.pages.dev/821
apa yang dimaksud dengan prosedur karya seni rupa